MENANGGAPI PEMBACAAN PUISI LAMA TENTANG LAFAL, INTONASI, DAN EKSPRESI YANG TEPAT


Setelah sebelumnya kita membahas tentang MENULIS SURAT DINAS BERDASARKAN ISI, BAHASA, DAN FORMAT YANG BAKU, sekarang Dari Kelas akan membahas sebuah artikel berjudul Menanggapi Pembacaan Puisi Lama tentang Lafal, Intonasi, dan Ekspresi yang Tepat.
 

Puisi adalah bentuk kesusastraan yang paling tua. Karya sastra berupa puisi menduduki tempat yang tinggi dalam setiap kebudayaan. Bahkan pada zaman dahulu puisi menjadi bagian dari hidup masyarakat tradisional berupa puisi lisan seperti mantra dan pantun.

Berdasarkan kurun waktu penciptaannya, dikenal puisi lama dan puisi baru.
  1. Puisi lama (pantun, karmina, seloka, syair, talibun, gurindam, mantra).
  2. Puisi baru (distikon, tersina, kuatrin, kuint, sektet, septima, oktaf).

Puisi lama memang berbeda dengan puisi baru. Perbedaan terletak pada pilihan kata, susunan kalimat, sajak dan irama, pikiran dan perasaan yang terjelma serta isi dan bentuknya. Puisi lama disajikan dalam bahasa yang singkat, padat, serta indah.

Bentuk puisi lama selalu terikat oleh aturan-aturan baku, seperti:
  1. Jumlah larik
  2. Jumlah suku kata
  3. Pola irama setiap larik
  4. Persamaan bunyi kata/irama


Twitter: @darikelas
Facebook: Dari Kelas

0 komentar:

Posting Komentar