UPAYA MENANGGULANGI BANJIR DI DKI JAKARTA (PENGALIHAN ALIRAN ARUS SUNGAI DENGAN MELAKUKAN SODETAN)


Upaya ketiga Pemerintah DKI Jakarta dalam mengurangi banjir adalah mengalihkan arus sungai dengan pembangunan sodetan Sungai Ciliwung dan Cisadane. Pembangunan sodetan bukan bertujuan untuk mengalihkan banjir dari Jakarta ke Tangerang. Proyek ini dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan debit air di dua tempat. Dalam pembangunan Sodetan Sungai Ciliwung dan Cisadane, Pemerintah DKI Jakarta membangun jaringan dan bekerjasama dengan berbagai pihak, yaitu:
  1. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, sebagai pihak yang membuat kebijakan program sodetan Ciliwung.
  2. BBWS, pihak konstruksi dan pelaksana pembangunan sodetan Sungai Ciliwung.Dinas PU, sebagai pihak yang mengalokasikan anggaran dana untuk proyek sodetan sungai Ciliwung.
  3. Banggar DPR sebagai pihak yang mengesahkan alokasi dana untuk pembangunan sodetan Sungai Ciliwung.
  4. Pemerintah Kota Tangerang sebagai pihak yang mempengaruhi program pembangunan sodetan sungai dengan melakukan penolakan pembangunan sodetan.
  5. Pihak Swasta, Pelaksana proyek adalah PT Wijaya Karya Tbk untuk konstruksi dan PT Indra Karya KSO untuk supervisi dan konsultan, serta manajemen konstruksi PT Yoda Karya KSO.

Dalam pelaksanaan pembangunan Sodetan Sungai Ciliwung terdapat hambatan di mana rancangan awal sodetan ditolak oleh Pemerintah dan Masyarakat Kota Tangerang. Pemerintah dan masyarakat Kota Tangerang memiliki alasan mengapa mereka menolak pembangunan sodetan sungai, yaitu:
  1. Jika sodetan Sungai Ciliwung dan Cisadane dibuat maka tetap saja meluap karena debit dari dua sungai tersebut tidak dapat lagi menampung air.
  2. Rancangan pembangunan sodetan Sungai Ciliwung-Cisadane yang dianggap tidak akan memecahkan masalah banjir DKI Jakarta, yang ada hanya memindahkan banjir ke Kota Tangerang.
  3. Bendungan Pintu Air 10 Tangerang yang dibangun sejak zaman pemerintah Belanda hingga kini belum pernah diperbaiki atau direhabilitasi tentunya tidak akan bisa menahan air dengan volume yang lebih besar.
  4. Antara Jakarta-Barat dan Tangerang saat ini terdapat saluran Kali Mookervart yang berbentuk gorong-gorong di sepanjang Jalan Daan Mogot-Kalideres yang juga menimbulkan masalah banjir.
  5. Saluran-saluran air yang bermuara ke Sungai Cisadane saat ini sudah meluap dan kondisi ini akan lebih parah jika Sungai Cisadane menerima limpahan air dari Ciliwung.

Pembangunan Sodetan Sungai Ciliwung-Cisadane sebagai upaya mengurangi banjir di DKI Jakarta memerlukan aktor utama yang dianggap mampu untuk melaksanakan program tersebut. Kebijakan tersebut merupakan kebijakan lama yang akan dilanjutkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yaitu Joko Widodo sebagai pemimpin program dan dibantu oleh aktor utama sebagai perancang dan pelaksana pembangunan sodetan Sungai Ciliwung-Cisadane adalah BBWS yang berada di bawah Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PU.

Hambatan dari pembangunan Sodetan Sungai Ciliwung-Cisadane dapat diatasi jika Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan pihak-pihak yang terlibat dalam pembangunan sodetan melakukan identifikasi terlebih dahulu terhadap sungai-sungai dan jalur-jalur yang terkena pembangunan dan juga melakukan analisis terhadap dampak yang terjadi sehingga pembangunan sodetan Sungai Ciliwung-Cisadane  tersebut tidak akan merugikan Kota Tangerang. Karena kurang cermatnya pihak-pihak terkait dalam perancangan sehingga terjadi penolakan dari Pemerintah Kota Tangerang dan masyarakatnya dan pada akhirnya harus merancang ulang pembangunan sodetan tersebut.


Artikel ini dapat dicopy-paste atau disebarluaskan. Namun, selalu cantumkan http://darikelas.blogspot.com/ sebagai sumber artikel.
  
Jadilah seorang pembaca yang baik dengan memberi komentar setelah membaca artikel ini. Kontribusi Anda dapat membantu kami untuk mengembangkan blog ini.

Terima kasih telah berkunjung ke Dari Kelas.

Twitter: @darikelas
Facebook: Dari Kelas

0 komentar:

Posting Komentar