PEMIMPIN SEBAGAI KOMUNIKATOR YANG EFEKTIF


Seorang pemimpin yang baik haruslah dapat menjadi komunikator yang baik pula agar maksud dan tujuan yang disampaikan dapat mempengaruhi masyarakat untuk bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan pemimpin dalam mencapai tujuan negara. Namun sebagai komunikator, pemimpin tidak hanya diharapkan dapat berbicara dengan baik, pemimpin juga harus menjadi pendengar yang baik juga. Pemimpin-pemimpin sebelumnya tidak memiliki kemampuan sebagai komunikator yang baik karena apa yang disampaikan sering disalahartikan oleh masyarakat dan lebih buruknya lagi adapula pemimpin yang bertindak sendiri tanpa ada komunikasi dengan bawahan dan hal ini memicu terjadinya konflik akibat kesalahpahaman dalam berkomunikasi antara pemimpin, bawahan dan masyarakatnya. Pemimpin-pemimpin sebelumnya juga tidak menjadi pendengar yang baik. Mereka memiliki kecenderungan untuk mempertahankan posisi dengan beradu argumen apabila mendapat kritikan dan memandang rendah pihak-pihak yang menyuarakan pendapatnya mengenai apa yang sebaiknya dilakukan pemimpin untuk negaranya.

Untuk menjadi pemimpin yang dapat berkomunikasi dengan baik maka penyampaian informasi dan perintah harus bersifat terbuka dan jelas dan juga menggunakan bahasa yang mudah dimengerti agar tidak terjadi kesalahpahaman antara bawahan ataupun masyarakat. Dalam menyampaikan informasi atau perintah, pemimpin juga harus memperhatikan situasi maupun kondisi bawahan dan masyarakat. Jika waktu penyampaian dan perintah tidak tepat, maka bawahan tidak akan dapat menyaring maksud dari informasi dan perintah pemimpin dan ketika disampaikan kembali pada masyarakat maksud informasi dan perintah pemimpin akan berbeda. Informasi dan perintah sebaiknya disampaikan dengan tegas, tidak berlebihan dan agar tidak membingungkan bawahan yang akan menyampaikan kembali kepada masyarakat.

Untuk menjadi pemimpin yang dapat mendengar dengan baik maka yang harus dilakukan seorang pemimpin adalah berbicara hanya untuk membuat orang lain mengerti dan dapat bertindak sesuai apa yang telah disampaikan tidak selalu berargumen hanya untuk mempertahankan posisi. Memberi kesempatan kepada pihak yang akan menyuarakan pendapatnya karena seringkali pendapat, ide atau gagasan muncul dari orang yang tidak terduga. Ketika mendengarkan pendapat pihak lain, bertanyalah untuk menggali lagi informasi lebih dalam karena tidak semua hal dapat disampaikan. Dengan bertanya, maka pemimpin lebih mengerti apa keinginan sebenarnya pihak yang. Sebagai orang yang berada pada strata teratas, pemimpin tidak diperkenankan untuk menyela pembicaraan pihak lain, jika hal itu dilakukan sama saja dengan merendahkan pihak lain tersebut. Ketika berargumen dengan seseorang yang awalnya adalah competitor dalam kampanye, sebaiknya dihadapi dengan sabar, tidak emosi dan hati-hati dalam menjawab, berikan kesempatan kepada orang itu untuk berbicara, karena ketika orang itu berbicara maka pemimpin mempunyai waktu untuk berpikir secara jernih, jika terlalu terburu-buru dan keinginan untuk selalu menang akan menjadi sebuah kelemahan dan kesalahan fatal yang dapat menghancurkan image pemimpin yang telah melekat dalam diri pemimpin tersebut dan telah dipercaya oleh masyarakat yang dipimpinnya. Penyampaian argument sebaiknya menggunakan bahasa yang santun dan bijak.


Artikel ini dapat dicopy-paste atau disebarluaskan. Namun, selalu cantumkan http://darikelas.blogspot.com/ sebagai sumber artikel.
  
Jadilah seorang pembaca yang baik dengan memberi komentar setelah membaca artikel ini. Kontribusi Anda dapat membantu kami untuk mengembangkan blog ini.

Terima kasih telah berkunjung ke Dari Kelas.

Twitter: @darikelas
Facebook: Dari Kelas

0 komentar:

Posting Komentar