KEGIATAN SOCIAL ACT FEUI TAHUN 2013 KE DESA SADENGKOLOT KABUPATEN BOGOR


Ditulis oleh: Indra Halim Saputra, FEUI 2013

Kegiatan Social Act 2013 yang merupakan kegiatan peduli sosial tahunan FEUI untuk setiap mahasiswa baru. Kegiatan ini sendiri bertujuan untuk menumbuhkan jiwa sosial para mahasiswa baru dan sebagai bentuk  kepedulian terhadap masyarakat di daerah terpencil yang bertujuan juga untuk memperlihatkan wujud nyata dari amanat yang  harus diemban oleh para mahasiswa sebagai penggerak bangsa terutama bagi mahasiswa fakultas Ekonomi.  Untuk kegiatan Social Act bagi mahasiswa baru 2013 sendiri dilaksanakan di desa Sadengkolot kabupaten Bogor. Acara ini dilangsungkan dalam 4 hari 3 malam.

Untuk keberangkatannya, kami para mahasiswa baru berkumpul di selasar FE pada pukul 16.00 hari Kamis tanggal 26 September 2013 dan nantinya akan berakhir tanggal 29 september 2013.

Sayangnya dalam acara kegiatannya sendiri ada keterlambatan dikarenakan tronton yang dijadwalkan siap pukul 15.00 baru tiba pukul 17.00 dan juga jadwal urutan keberangkatan menjadi disesuaikan dengan tronton tercepat yang telah tiba. Hal ini membuat saya yang dijadwalkan naik tronton nomor 18 menjadi berangkat pertama. Untuk sebagai info saja, ada sekitar 30-an tronton yang akan diberangkatkan. Ini sesuai dengan jumlah mahasiswa baru yang akan mengikuti kegiatan ini yaitu sekitar 500 mahasiswa baru yang belum termasuk panitia.

Saya sendiri sempat hampir ketinggalan tronton dikarenakan harus ke toilet dahulu. Perubahan jadwal yang tiba – tiba menjadi masalah utama saat itu. Lalu, kami dibariskan menurut kelompok dan berjalan dalam satu banjar untuk menuju ke tronton tersebut. Di dalam tronton sendiri, bukan hanya kelompok kami yang menempati. Ada kelompok lain juga yang memang sengaja berada satu tronton dengan kelompok kami. Hal ini juga untuk memenuhi tronton dan mencegah adanya tempat yang kosong. Walaupun begitu hal tersebut tidak membuat keadaan dalam tronton menjadi penuh sesak, wajar saja karena tronton yang kami gunakan adalah truk standar angkatan laut yang biasa digunakan untuk mengangkut tentara, tronton sendiri memiliki kap tertutup dan lampu kuning di dalamnya, selain itu tempat duduknya juga cukup nyaman.

Dalam perjalanan, saya tak tahu seberapa lama waktu yang telah berlalu, karena saya tertidur. Ketika bangun, saya melihat dari jendela kap kami telah berada di  daerah Cibinong. Dari situ, sambil menunggu kami sampai di desa Sadengkolot, saya mengisi waktu dengan berbincang – bincang dengan teman. Dalam perjalanan sendiri, saking kerasnya guncangan dalam tronton, dua anak menjadi mabuk perjalanan dan muntah. Walaupun begitu secara keseluruhan perjalanan dapat dibilang cukup lancar.

Akhirnya sekitar pukul 20.30 kami tiba di desa Sadengkolot. Keadaan desa tersebut sendiri bisa dibilang cukup bagus dari luar, walaupun beberapa kali saya melihat ada banyak rumah yang masih berdindingkan anyaman bambu. Saat itu hujan telah reda, kami diturunkan dan diminta untuk berbaris  secara berbanjar sesuai dengan kelompok masing – masing di lapangan desa Sadengkolot tepat di depan rumah kepala RT desa Sadengkolot. Keadaan pada saat itu, cukup gelap dan becek. Saya sendiri dapat melihat bagian bawah sepatu saya dipenuhi oleh lumpur. Mungkin itulah kesan pertama saat tiba di desa Sadengkolot, gelap, licin, dan becek.

Waktu itu sekitar pukul 22.00 kami tiba di rumah hostfam (induk semang) kami yang akan menampung kami selama 4 hari ini di kegiatan Social Act tersebut. Beliau bernama pak Ayong, dan istrinya bernama bu Fatimah. Keluarga bapak Ayong sendiri juga memiliki seorang putra bernama Alansyah yang baru sekolah di kelas 8 SMP. Sebelumnya, mentor kami kak Kemal Ardiansyah memperkenalkan kami satu – persatu. Kami berbincang – bincang dan bersenda gurau hingga pukul 24.00. Kamipun memohon izin pada pak Ayong untuk tidur.

Paginya kami harus bangun pukul 05.00 karena pukul 07.00 harus sudah berada di meeting point yang berada tepat di depan rumah pak RW desa Sadengkolot.

Mungkin sebelumnya, saya akan menceritakan dulu keadaan rumah dari bapak Ayong sendiri sebagai hostfam kami. Kalau dari yang saya lihat, rumah bapak Ayong sebenarnya dari luar bisa dibilang cukup nyaman. Beliau memiliki pekarangan yang ditanami Talas, beberapa pohon buah – buahan dan dibatasi dengan pagar yang dibuat dengan bambu dan tanaman Tebu. Luas pekarangan tersebut sekitar 5 x 6 meter. Rumah pak Ayong sendiri menghadap ke Timur dan tepat berada dibelakang persawahan yang luas. Walaupun begitu, disekitar sebelah kiri dan kanan rumah pak Ayong sendiri juga masih ada rumah – rumah lain. DI dalam rumah pak Ayong sendiri berisikan 4 ruang yaitu kamar pak Ayong dan istri, kamar putranya, sebuah dapur, dan kamar mandi. Hanya saja yang disayangkan adalah kamar mandi yang berada di rumah pak Ayong tak memiliki fasilitas kakus. Hal ini membuat pak Ayong sekeluarga harus pergi ke sungai untuk berak.

Pak Ayong sekeluarga memperlakukan kami sebagai tamu begitu baik, istri beliau pagi itu menyiapkan sarapan untuk kami. Walaupun hanya berupa nasi mie dan gorengan, juga kami disediakan kopi susu hangat.

Untuk hari itu sendiri kegiatan kami adalah menyiapkan lomba masak yang sebelumnya akan diisi dengan kuliah umum. Selain itu setelah kuliah umum akan istirahat sebentar karena jam 12.00 ada kegiatan sholat Jumat. Kuliah umum tersebut sendiri diisi oleh seorang alumni tahun 2008 yang aktif di kegiatan kemanusiaan dan organisasi di UI. Mulai dari menjadi salah satu pengajar di kegiatan “Indonesia mengajar”, hingga menjadi salah satu ketua divisi di BEM UI. Beliau sendiri banyak memberikan petuah dan informasi terkait bagaimana cara untuk survive di FEUI. Dan bagi saya pribadi kuliah umum yang diberikan beliau bisa dibilang sangat bermanfaat.

Selanjutnya, kegiatan yang dilaksanakan adalah lomba memasak yang dimulai pukul 14.00 dan selesai pada pukul 16.00. Dalam lomba ini sendiri tiga kelompok yang menjadi peserta harus memilih antara 2 masakan yang dapat disajikan. Kedua masakan itu adalah kolak dan Cimol.

Kegiatan memasak per kelompok dibantu oleh ibu – ibu warga desa Sadengkolot. Disini, kelompok kami memilih untuk memasak Cimol. Walaupun kami berhasil memasak Cimol. Kami tetap kalah dari kelompok lain yang berhasil memasak Kolak dan memiliki rasa yang enak. Selain kepada pemenang lomba, para ibu desa Sadengkolot yang ikut membantu juga diberikan hadiah berupa sembako. Malamnya, saya berbincang – bincang dengan pak Ayong. Kami banyak membicarakan mengenai keadaan desa, kehidupan keluarga, hingga tentang tempat kerja, dan pengalaman pak Ayong selama di desa Sadengkolot sendiri.

Dari situ, hal yang dapat saya tangkap antara lain, keadaan desa Sadengkolot yang memang masih jauh dari modern, hanya saja dari para warga sendiri banyak yang berinisiatif untuk hidup layak entah dengan mengikuti berbagai seminar tentang masalah kebersihan, teknologi, maupun hal lain yang diselenggarakan pemerintah maupun lembaga lain atau pergi merantau ke Jakarta.

Perbincangan tersebut berlangsung lama walau harus saya selingi dengan mengerjakan tugas mpkt.

Keesokan harinya tepatnya hari Sabtu tanggal 28 September 2013, kami menuju acara utama dari Social Act sendiri yaitu kegiatan sosial. Kegiatan tersebut dibagi untuk seluruh kelompok. Ada yang bertugas melakukan penyuluhan, ada yang mengaspal jalan, dan untuk kelompok saya sendiri, kami bertugas untuk merenovasi sumur.

Kegiatan renovasi sumur berlangsung dalam 2 sesi. Sesi pagi berawal dari jam 08.00 – 11.00. Lalu dilanjutkan dengan sesi siang yaitu pukul 13.00 – 15.00. Kegiatan renovasi sumur dimulai dengan melapisi luar sumur dengan Archi yaitu campuran semen dengan air, dan untuk sekeliling sumur kami harus menyemen dengan campuran semen, air, dan pasir.

Walaupun sepertinya mudah, kegiatan kali ini sangat menguras tenaga kami. Hal ini dapat dilihat dengan banyak dari anggota kelompok kami yang langsung bergegas untuk tidur karena keletihan.

Malamnya, kami mengadakan kegiatan “private sharing” yang memang diadakan oleh setiap kelompok guna mendekatkan rasa kebersamaan. Kegiatan ini, menurut saya adalah kegiatan yang menyenangkan karena dari sini kami dapat mengerti apa yang dirasakan anggota kelompok satu sama lain. Banyak yang menangis dan ada juga yang memberikan berbagai kritik bagi anggota kelompok kami.

Keesokan harinya adalah acara penutupan yang sebelumnya diisi dengan lomba yang rakyat yang diadakan oleh panitia. Hal ini menjadi event terakhir kami sebelum meninggalkan desa Sadengkolot karena memang kami nanti pukul 13.00 memang dijadwalkan untuk kembali ke Depok.

Karena hal tersebut, maka paginya kami berpamitan ke hostfam kami dan memberikan beberapa bingkisan sebagai kenang – kenangan atas kunjungan kami ke desa Sadengkolot ini.

Untuk acara perlombaannya, bisa dibilang cukup seru. Ada banyak perlombaan rakyat, mulai dari balap karung, rugby, makan kerupuk, dan masih banyak lagi. Dari berbagai lomba yang kami ikuti, semua berakhir dengan kemenangan kecuali pada satu permainan yaitu menjatuhkan botol dengan melempar bola plastik. Hal itu membuat kami menjadi juara satu dan mendapatkan hadiah berupa banyak buku komik dan beberapa jajanan.

Kegiatan lomba tersebut berakhir pada pukul 11.00 dan dilanjutkan dengan beberapa sambutan dari ketua rt, rw, dan dekan FEUI.

Kemudian setelah acara tersebut, kami semua mulai kembali ke rumah host fam untuk packing barang dan persiapan untuk pulang. Ketika pukul 13.00, datang panitia yang memberikan komando ke kelompok kami untuk menuju ke lapangan tempat dimana kami berkumpul. Dari situ telah siap tronton yang akan membawa kami pulang. Ternyata, tanpa harus menunggu lama, kamipun berangkat untuk pulang kembali ke Depok.

Kegiatan Social Act di Sadengkolot bagi saya sangat bermanfaat, selain kami dapat merasakan keadaan dari masyarakat di daerah terpencil, kami juga dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang tentunya masih sangat membutuhkan berbagai bantuan dari pihak manapun untuk mampu berkembang dikemudian hari.

Sedangkan, untuk khususnya bagi saya merupakan pengalaman sangat seru. Banyak kejadian lucu yang terjadi, mulai dari tidak mandi selama 4 hari, tidak berak selama 4 hari, mencari sungai untuk mengantarkan teman berak yang ternyata harus melewati jurang, dan berbagai pengalaman yang dilematis lainnya. Tetapi, kegiatan Social Act sendiri bagi saya merupakan kegiatan yang memang harus terus dipertahankan dan diadakan tiap tahun.


Artikel ini dapat dicopy-paste atau disebarluaskan. Namun, selalu cantumkan http://darikelas.blogspot.com/ sebagai sumber artikel.
  
Jadilah seorang pembaca yang baik dengan memberi komentar setelah membaca artikel ini. Kontribusi Anda dapat membantu kami untuk mengembangkan blog ini.

Terima kasih telah berkunjung ke Dari Kelas.
 
Like Facebook Page dan Follow Twitter-nya ya.
Twitter: @darikelas
Facebook: Dari Kelas

0 komentar:

Posting Komentar