UKHUWAH INSANIAH
Ukhuwah
Insaniah, yaitu persaudaraan dan persahabatan sesama manusia yang disebut brotherhood
humanities. Semua umat manusia sebagai makhluk social tidak mungkin dapat
hidup sendirian, karena itu satu sama lain hakekatnya saling membutuhkan untuk
berinteraksi. Hubungan yang lain, seperti hubungan ekonomi, politik,
peradaban, kebudayaan, dan lain sebagainya.
Dalam
melakukan interaksi di tengah masyarakat, setiap diri manusia dari mana pun
latar belakangnya, budaya, adat istiadat, bangsa dan agama selalu
mengharapkan agar terjalin hubungan yang baik dan saling
menguntungkan. Baik secara alamiah maupun batin. Manusia dalam kehidupan
di dunia terdiri dari berbagai ras, bangsa, suku, adat istiadat, dan
berbagai kelompok diharapkan agar saling mengenal dan saling memahami. Dengan
demikian, maka akan terwujud kedamaian dunia dan persaudaraan sesama umat
manusia.
Allah
Swt, berfirman:
Wahai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakanmu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikanmu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antaramu
di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
(QS. Al-Hujurat, 49:13).
Perbedaan
dan persamaan dalam berbagai bidang kehidupan dari manusia di seluruh dunia
merupakan fitrah Allah, karena itu tidak boleh ada paksaan untuk mengikuti
agama atau peradaban tertentu. Semua manusia diberi kebebasan oleh Allah Swt.
Untuk menetapkan jalan hidupnya berdasarkan akal fikiran yang
dimilikinya.
Allah
Swt, berfirman:
Dan
jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka
bumi dan seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka
menjadi orang yang beriman semuanya?. (QS. Yunus, 10:99)
Mengenai
kehidupan beragama, ditegaskan dalam Al-Qur’an agar tidak saling memaksa antara
satu pemeluk agama dengan pemeluk agama lain. Al-Qur’an mengarahkan agar umat
beragama meyakini agamanya dengan kesadaran dan keinsyafan yang tulus, karena
jelas antara petunjuk dan kesesatan serta telah jelas pula antara hak dan
batil.
Tidak
ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam). Sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu, barangsiapa yang ingkar
kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang
kepada tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.
(QS. Al-Baqarah, 2: 256)
Dalam
surat Al-Kafirun ditegaskan, bahwa setiap pemeluk agama hendaknya konsekuen
meyakini agamanya masing-masing dan beribadah menurut meyakinnya.
Allah
Swt, berfirman:
Katakanlah:
Wahai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan
kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi
penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah
Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu dan untukku agamaku” (QS Al-Kafirun, 109:1-6)
Persaudaraan sesama umat
manusia atau Ukhuwah Insaniah telah dipraktikkan Rasulullah Saw sejak beliau
hijrah ke Madinah. Sebagaimana diketahui masyarakat Madinah di masa Nabi Saw
adalah masyarakat multikultural yang terdiri dari berbagai ras, bangsa, agama,
dan peradaban. Masyarakat Madinah yang multikultural itu dijalin dan dirajut
dalam persaudaraan atau Ukhuwah Insaniah melalui Konstitusi Madinah. Konstitusi
Madinah atau piagam Nabi Muhammad Saw merupakan konstitusi tertulis pertama di
dunia, terdiri dari sepuluh bab, berisi 47 pasal. Antara lain; mengatur
persaudaraan seagama, persaudaraan sesama umat manusia, pertahanan bersama,
perlindungan terhadap minoritas, pembentukan suatu umat atau bangsa, dan
aturan-aturan lain yang lebih lengkap.
Artikel ini dapat dicopy-paste atau disebarluaskan. Namun, selalu cantumkan http://darikelas.blogspot.com/ sebagai sumber artikel.
Jadilah seorang pembaca yang baik dengan memberi komentar setelah membaca artikel ini. Kontribusi Anda dapat membantu kami untuk mengembangkan blog ini.
Like Facebook Page dan Follow Twitter-nya ya.
0 komentar:
Posting Komentar