W.D ROSS MENGENAI INTUISI DAN KEWAJIBAN
Telah dibahas dua aliran besar dalam filsafat moral,
yakni pandangan deontologi dengan pandangan konsekuensialis. Dalam
bagian ini akan dibahas tentang bagaimana pandangan moral intuitif dari seorang
etikus bernama W.D Ross. Bila Kant menegaskan bahwa rasio praktis memungkinkan
kita memisahkan mana kebaikan dan mana keburukan, atau maxim kewajiban yang
harus kita lakukan, dalam pandangan Ross, ia menggunakan penjelasan intuisi.
Apa yang dimaksud dengan intuisi?
Ross berargumen bahwa seseorang mengetahui secara intuitif
perbuatan apa yang bernilai baik maupun buruk. Ia mengkritik pandangan
utilitarian yang terlalu menekankan pada konsep kebahagiaan, bahkan
mensejajarkan kebahagiaan sebagai kebaikan. Bagi Ross, kebahagiaan tidak dapat
secara mudah disamakan dengan kebaikan, justru kebaikan adalah bentuk nilai
moral yang lebih tinggi. Jadi tujuan moral adalah mencapai kebaikan bukan
kebahagiaan. Ross mengkritik pandangan etis dari kaum utilitarian sebagai
pandangan hedonistik, yakni bertujuan hanya pada kebahagiaan tanpa membedah
lebih tajam perbedaan mendasar antara kebahagiaan dan kebaikan. Meskipun ketika
seseorang berbuat kebaikan, dan kebaikan itu menyebabkan rasa senang,
kesenangan itu tidak relevan dengan suatu prinsip moral, justru untuk Ross,
yang dipertimbangkan sebagai sesuatu yang signifikan adalah benarnya tindakan
individu tersebut.
Senada dengan Kant, Ross adalah seorang filosof moral yang
menekankan bahwa tindakan etis haruslah terlepas dari kepentingan individual.
Bila dalam argumen utilitarian ditekankan bahwa motif merupakan hal yang
mendasar, bagi Ross, motif menunjukan bahwa seseorang bertindak etis bukan
karena tindakan itu benar secara prinsipil, tapi tindakan itu menguntungkan
baginya. Ross berargumen bahwa diluar dari kebahagiaan terdapat berbagai hal
yang menurutnya lebih tepat untuk dijadikan prinsip tindakan moral yakni
kebaikan melalui karakter yang mulia, atau berdasarkan intelegensia. Sehingga
untuk Ross premis yang mengatakan bahwa kebenaran moral adalah memperbanyak
kebahagiaan bagi semakin banyak orang dikoreksi menjadi kebenaran moral adalah
memperbanyak kebaikan bagi semakin banyak orang. Pembedaan antara kebahagiaan
dan kebaikan bagi Ross menjadi distingsi penting, bahwa dari kedua hal tersebut
kebaikan adalah yang tertinggi.
Meskipun terdapat keserupaan dalam filsafat moral Ross
dengan Kant, ada perbedaan penting antara Ross dan Kant, Ross mengkritik
kewajiban sempurna dari Kant. Ia mendebat bahwa kewajiban sempurna mengandaikan
bahwa tidak ada perselisihan menyangkut tindakan moral mana yang harus
diprioritaskan. Sementara itu bagi Ross, kita kerap dibenturkan dengan dilema
moral yang tidak dapat dengan sederhananya diselesaikan dengan prinsip mengikat
imperatif Kant. Di satu sisi Ross menyetujui adanya kewajiban, tetapi kewajiban
yang ia maksudkan bukanlah kewajiban sempurna yang dijelaskan oleh Kant,
kewajiban yang ia maksudkan adalah kewajiban dengan syarat atau kondisional.
Untuk mempermudah pembedaan antara kewajiban imperatif Kant
dengan kewajiban kondisional dari Ross adalah melalui contoh berikut; prinsip
moral dari Kant akan melarang kita dari tindakan berbohong, karena menurut Kant
berbohong melanggar prinsip kewajiban imperatif yang universal. Tetapi
bagaimana bila keadaannya, seseorang harus memilih antara berbohong atau mengatakan
kejujuran, tetapi hasil dari kejujurannya akan menyebabkan kematian orang lain?
Dari contoh semacam ini Ross memaparkan bahwa secara intuitif kita memahami
bahwa manakah prioritas dalam dilema moral semacam ini. Bila dari perspektif
Kant secara imperatif individu itu harus menyampaikan kejujuran, meski
kejujuran itu menyebabkan kematian orang lain, karena prinsip moral dari Kant
mengandalkan kewajiban yang mengikat bukan suatu hasil akhir. Ross mengkritik
konsep kewajiban ini, justru dari pilihan antara kejujuran dan kematian, kita
memiliki pemahaman bahwa nyawa seseorang jauh lebih mendesak untuk didahulukan.
Ide moral semacam ini disebut oleh Ross sebagai Prima Facie,
“Prima facie menunjukan bahwa sesungguhnya pada pandangan awal yang muncul
adalah situasi moral yang hanya kemunculan semata, tetapi apa yang dimaksud
dengan Prima Facie adalah situasi moral yang dapat ditelaah secara objektif.”[1]
Penelaahan secara objektif yang dimaksud oleh Ross adalah, faktanya manusia
memiliki kecerdasan untuk membandingkan pilihan moral manakah yang paling
menyebakan kebaikan utama. Melalui cara ini menurut Ross maka kita dapat
menghindarkan generalisasi yang dapat mengakibatkan pada keburukan, seperti
dalam contoh menyampaikan kejujuran yang mengakibatkan kematian bagi orang
lain. Prima Facie menekankan tentang bagaimana seseorang merefleksikan
pilihan-pilihan moralnya, sebelum ia bertindak.
Ross menyebutkan tentang berbagai macam kewajiban yang
membutuhkan pertimbangan individu dalam kejadian-kejadian aktual, ia menyusunya
sebagai berikut; 1) Fidelitas atau yang menyangkut perihal bagaimana seseorang
memegang janji atau komitmennya, 2) Kewajiban atas rasa terimakasih, ketika
kita berkewajiban atas jasa yang sudah ditunjukan oleh orang lain, 3) Kewajiban
berdasarkan keadilan, hal ini menyangkut perihal pembagian yang merata yang
berhubungan dengan kebaikan orang banyak, 4) Kewajiban beneficence, atau
bersikap dermawan, dan menolong orang lain sebagai tanggung jawab sosial, 5)
Kewajiban untuk merawat dan menjaga diri sendiri, 6) Kewajiban untuk tidak
menyakiti orang lain.
Enam tipe dari Prima Facie
yang dijelaskan oleh Ross menunjukan bahwa dalam kondisi-kondisi tertentu kita
kerap terbentur untuk memutuskan diantara pilihan-pilihan moral. Dalam suatu
situasi yang amat mendesak, Ross menekankan pada kemampuan intuitif manusia
untuk mengambil keputusan, dimana keputusan ini ditujukan untuk mencari tahu
pilihan manakah yang dimungkinkan menyebabkan kebaikan yang tertinggi.
Pertimbangan intuitif ini bagi Ross sangat vital, karena intuisi bukanlah
pertimbangan yang serampangan, tetapi pertimbangan yang menggunakan segala
aspek kecerdasan dan sensibilitas individu tersebut. Dengan demikian maka ia
dapat menghindarkan dirinya dari pilihan yang menyebabkan keburukan untuk dirinya
maupun terhadap orang di sekitarnya.
Artikel ini dapat dicopy-paste atau disebarluaskan. Namun, selalu cantumkan http://darikelas.blogspot.com/ sebagai sumber artikel.
Jadilah seorang pembaca yang baik dengan memberi komentar setelah membaca artikel ini. Kontribusi Anda dapat membantu kami untuk mengembangkan blog ini.
Like Facebook Page dan Follow Twitter-nya ya.
0 komentar:
Posting Komentar